
FAA Pangkas Kapasitas, penerbangan resmi mengumumkan kebijakan besar yang akan memangkas kapasitas penerbangan di 40 bandara utama di seluruh negeri, mulai 7 November 2025. Keputusan ini mengguncang seluruh industri penerbangan, terutama karena di umumkan hanya dua minggu sebelum puncak musim perjalanan liburan Thanksgiving.
Menyusul kekurangan parah tenaga pengatur lalu lintas udara (air traffic controllers/ATC) yang terus memburuk sejak pandemi COVID-19. Dengan sekitar 3.000 posisi ATC kosong dan 25% menara pengendali di bawah kapasitas minimal, pemerintah tak punya pilihan lain selain mengurangi volume penerbangan yang di izinkan di bandara tersibuk.
Administrator FAA, Mike Whitaker, menegaskan keputusan ini bukan tindakan politis atau ekonomi, melainkan tindakan keselamatan nasional. “Kami tidak bisa mempertahankan tingkat lalu lintas udara yang sama dengan jumlah tenaga kerja yang terus menurun. Lebih baik mengurangi kapasitas dan menjamin keselamatan daripada mempertahankan jadwal dan menanggung risiko,” ujarnya dalam konferensi pers di Washington D.C.
Langkah ini akan memengaruhi bandara utama seperti JFK, LaGuardia, Newark, Chicago O’Hare, Atlanta Hartsfield-Jackson, Los Angeles International (LAX), Dallas-Fort Worth, Miami, Denver, dan San Francisco. Maskapai penerbangan di minta memangkas rata-rata 10–15%. Jadwal penerbangan harian mulai 7 November hingga batas waktu yang belum di tentukan.
Asosiasi Maskapai Amerika (Airlines for America/A4A) memperingatkan potensi kerugian ekonomi hingga USD 1,8 miliar per minggu akibat pembatalan dan penundaan massal yang tak terhindarkan. “Pemerintah seharusnya lebih proaktif sejak awal tahun ini. Sekarang, beban gangguan harus di tanggung oleh penumpang dan operator,” kata CEO A4A, Nicholas Calio.
FAA Pangkas Kapasitas, di sisi lain, serikat pekerja ATC (National Air Traffic Controllers Association/NATCA) justru mendukung keputusan FAA. Mereka menilai langkah ini merupakan “satu-satunya jalan realistis” untuk menghindari kelelahan kronis dan potensi kesalahan fatal akibat beban kerja berlebih. “Kami sudah bekerja di ambang batas kemampuan manusia,” ujar Presiden NATCA, Rich Santa.
Dampak Nyata Bagi Penumpang Dan Maskapai: Gangguan Sistemik Yang Tak Terhindarkan
Dampak Nyata Bagi Penumpang Dan Maskapai: Gangguan Sistemik yang Tak Terhindarkan, kebijakan pemangkasan kapasitas ini berdampak langsung terhadap penumpang dan maskapai penerbangan di seluruh Amerika Serikat. FAA memperkirakan sekitar 23.000 penerbangan domestik per minggu akan terdampak, dengan sebagian besar berupa pengurangan slot dan pembatalan rute pendek.
Maskapai seperti Southwest Airlines yang beroperasi dengan frekuensi tinggi di rute pendek menjadi yang paling terpukul. CEO Southwest, Bob Jordan, mengatakan bahwa pihaknya akan memangkas 8% jadwal nasional dan memprioritaskan penerbangan antarnegara bagian jarak menengah. “Kami akan berupaya meminimalkan dampak bagi pelanggan, tapi kenyataannya jadwal akan lebih padat dan waktu tunggu meningkat,” ujarnya.
Bagi penumpang, situasinya tampak suram. Berdasarkan analisis dari FlightAware, potensi penundaan rata-rata bisa meningkat hingga 65 menit per penerbangan selama bulan November dan Desember, terutama di bandara dengan lalu lintas padat seperti JFK, Newark, dan LAX. Selain itu, harga tiket kemungkinan akan naik 10–20% karena kapasitas berkurang sementara permintaan meningkat.
Namun, tidak semua bandara terkena dampak setara. FAA menerapkan sistem klasifikasi berdasarkan kepadatan dan kapasitas teknis. Bandara seperti Charlotte Douglas International, Cleveland Hopkins, dan Nashville International hanya mengalami pengurangan kecil. Sementara bandara besar seperti New York JFK, Chicago O’Hare, dan Atlanta mengalami pemotongan signifikan hingga 15% kapasitas slot.
Maskapai pun mulai mencari cara untuk menyesuaikan strategi mereka. Beberapa memperluas penggunaan pesawat berbadan lebar di rute domestik padat untuk memaksimalkan jumlah penumpang per penerbangan. Delta Air Lines, misalnya, mulai mengoperasikan Airbus A330 di rute New York–Los Angeles untuk menggantikan tiga jadwal Boeing 737 harian yang kini di batalkan.
Selain itu, operator juga mulai mengubah strategi kru. Dengan jadwal yang lebih padat dan rotasi lebih panjang, kelelahan kru menjadi isu baru yang berpotensi memperburuk situasi. Serikat pilot dan awak kabin telah memperingatkan maskapai agar tidak memaksa anggota mereka bekerja melampaui batas waktu istirahat yang di izinkan oleh FAA.
Krisis Struktural: Kekurangan ATC Dan Sistem Yang Ketinggalan Zaman
Krisis Struktural: Kekurangan ATC Dan Sistem Yang Ketinggalan Zaman, akar permasalahan ini jauh lebih dalam daripada sekadar kekurangan tenaga kerja. Sistem pengaturan lalu lintas udara AS telah lama di kritik karena usang, lamban, dan terlalu birokratis. Meskipun pemerintah telah meluncurkan proyek modernisasi NextGen Air Traffic System sejak 2010, implementasinya berjalan lambat dan tak merata di seluruh wilayah.
Menurut laporan dari Government Accountability Office (GAO) pada pertengahan 2025, hampir 30% fasilitas ATC masih menggunakan sistem radar analog yang di kembangkan pada tahun 1980-an. Banyak sistem komputer belum kompatibel dengan perangkat baru, menyebabkan komunikasi antara pusat kontrol sering mengalami gangguan teknis.
Kekurangan tenaga pengatur lalu lintas udara hanya memperparah kondisi tersebut. Data resmi menunjukkan bahwa dari 14.000 pengatur yang di butuhkan, hanya sekitar 10.700 yang aktif bekerja penuh pada 2025. Di beberapa pusat besar seperti New York TRACON (N90) dan Chicago Center (ZAU), tingkat kekurangan staf mencapai lebih dari 35%.
Pelatihan untuk menjadi pengatur lalu lintas udara baru membutuhkan waktu hingga 2 tahun, dan tingkat kelulusannya hanya sekitar 60%. Banyak kandidat gagal karena tekanan tinggi, ritme kerja cepat, dan tuntutan ketelitian ekstrem.
Selain itu, gelombang pensiun massal juga memperburuk keadaan. Lebih dari 40% pengatur saat ini berada di ambang usia pensiun, dan banyak yang memilih pensiun dini akibat stres kerja dan jam lembur berlebihan. Rata-rata ATC kini bekerja 52 jam per minggu, jauh di atas standar internasional 40 jam.
Kondisi ini mengingatkan pada krisis ATC tahun 198. Ketika ribuan pengatur lalu lintas udara mogok dan di pecat massal oleh Presiden Ronald Reagan. Peristiwa itu juga menimbulkan kekacauan penerbangan selama bertahun-tahun. Kini, lebih dari empat dekade kemudian, Amerika menghadapi versi modern dari krisis yang sama kali ini karena kelelahan dan kekosongan struktural, bukan politik.
Reaksi Pemerintah, Langkah Mitigasi, Dan Prospek Jangka Panjang
Reaksi Pemerintah, Langkah Mitigasi, Dan Prospek Jangka Panjang, menanggapi tekanan dari publik dan industri, Presiden Joe Biden menginstruksikan Departemen Transportasi (DOT) untuk mempercepat program perekrutan ATC nasional. Pemerintah mengalokasikan dana tambahan USD 1,3 miliar. Untuk memperluas pusat pelatihan di Oklahoma City dan membangun tiga fasilitas baru di California, Texas, dan Virginia.
Menteri Transportasi Pete Buttigieg menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen memperbaiki sistem ini secara menyeluruh. “Kami tidak hanya menambah tenaga kerja, tetapi juga memperbarui teknologi, memperluas pelatihan, dan mempercepat transisi menuju sistem berbasis satelit yang lebih efisien,” ujarnya.
Beberapa maskapai juga mulai beradaptasi jangka panjang. Delta meluncurkan sistem kecerdasan buatan untuk penjadwalan dinamis kru dan armada. Sementara United menggandeng NASA dalam proyek efisiensi rute udara berbasis data cuaca real time.
Bandara-bandara besar seperti Atlanta Hartsfield-Jackson dan Dallas-Fort Worth menambah operasi malam (red-eye flights). Dan memperluas infrastruktur digital mereka untuk mengatur antrian pesawat di landasan lebih efisien.
Sementara itu, analis ekonomi memperingatkan bahwa gangguan ini dapat mengurangi PDB AS hingga 0,3% pada kuartal keempat 2025. Setara dengan kerugian lebih dari USD 25 miliar, terutama karena penurunan aktivitas perjalanan bisnis dan pariwisata.
Namun, sebagian pakar melihat peluang dalam krisis ini. “Kita bisa mengubah arah industri penerbangan AS menuju sistem yang lebih canggih dan berkelanjutan,” ujar Helena Ross dari Brookings Institution. “Krisis ini adalah alarm keras bahwa sistem lama sudah tidak relevan dengan kebutuhan abad ke-21.”
FAA sendiri berjanji akan mengevaluasi kebijakan ini pada akhir Januari 2026. Jika jumlah ATC meningkat dan teknologi baru berhasil di terapkan, kapasitas penerbangan bisa di pulihkan secara bertahap mulai musim semi 2026.
Namun hingga saat itu tiba, jutaan penumpang harus bersiap menghadapi perjalanan yang lebih panjang, antrean lebih lama, dan ketidakpastian yang lebih besar di setiap bandara besar Amerika Serikat FAA Pangkas Kapasitas.