Duta Besar Indonesia Puji Kesepakatan Mata Uang Lokal
Duta Besar Indonesia Puji Kesepakatan Mata Uang Lokal

Duta Besar Indonesia Puji Kesepakatan Mata Uang Lokal

Duta Besar Indonesia Puji Kesepakatan Mata Uang Lokal

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Duta Besar Indonesia Puji Kesepakatan Mata Uang Lokal
Duta Besar Indonesia Puji Kesepakatan Mata Uang Lokal

Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Hermono, menyampaikan apresiasi dan dukungan kuat terhadap kesepakatan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi antarnegara ASEAN. Pernyataan tersebut di sampaikan dalam forum ekonomi regional yang berlangsung di Kuala Lumpur awal pekan ini. Menurut Hermono, inisiatif ini mencerminkan semangat integrasi ekonomi kawasan yang semakin kuat dan mampu meningkatkan ketahanan ekonomi negara-negara ASEAN di tengah ketidakpastian global.

Hermono menegaskan bahwa kesepakatan penggunaan mata uang lokal, seperti rupiah dan ringgit, akan membantu mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan mengurangi volatilitas nilai tukar yang sering menjadi hambatan dalam perdagangan lintas batas. Dalam pandangannya, penggunaan mata uang lokal juga akan menguntungkan pelaku usaha kecil dan menengah karena memangkas biaya konversi mata uang yang selama ini membebani mereka.

“Langkah ini adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat arsitektur keuangan regional. Kita sudah melihat keberhasilan skema Local Currency Settlement (LCS) antara Indonesia dan Thailand, serta Indonesia dan Malaysia. Sekarang saatnya memperluas skema ini ke seluruh negara anggota ASEAN,” kata Hermono di hadapan para diplomat dan pengusaha regional.

Duta Besar Indonesia dengan kesepakatan ini juga di nilai sejalan dengan agenda besar ASEAN untuk memperkuat integrasi ekonomi dan membentuk ekosistem keuangan yang lebih mandiri. Penggunaan mata uang lokal di nilai strategis dalam menghadapi tantangan ekonomi global seperti inflasi, kenaikan suku bunga internasional, dan ketegangan geopolitik yang memengaruhi nilai tukar mata uang utama.

Manfaat Langsung Bagi Pelaku Ekonomi Nasional Dan Regional

Manfaat Langsung Bagi Pelaku Ekonomi Nasional Dan Regional dengan penerapan sistem transaksi dengan mata uang lokal bukan hanya menguntungkan dari sisi makroekonomi, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi pelaku ekonomi di lapisan bawah. UMKM yang selama ini kesulitan dalam melakukan transaksi internasional kini dapat bernapas lega karena hambatan biaya valuta asing bisa di minimalkan. Banyak pelaku UMKM Indonesia yang mengimpor bahan baku dari negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina, dan kini bisa melakukannya tanpa harus membeli dolar terlebih dahulu.

Selain UMKM, sektor perbankan juga melihat peluang baru untuk menyesuaikan produk dan layanan mereka dengan kebutuhan pasar ASEAN yang lebih luas. Bank-bank sentral di kawasan ini telah sepakat untuk memperkuat sistem kliring antarnegara yang memungkinkan transaksi lintas negara dapat di selesaikan dengan cepat dan efisien. Indonesia melalui Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan infrastruktur yang mendukung integrasi ini, termasuk melalui konektivitas sistem pembayaran QRIS lintas negara.

Pelaku ekspor-impor juga menyambut positif kebijakan ini. Menurut Ketua Asosiasi Eksportir Indonesia, transaksi yang di lakukan langsung dengan rupiah membuat proses bisnis lebih sederhana dan terjangkau. “Dulu kita harus konversi ke dolar, lalu ke mata uang lokal negara tujuan. Sekarang langsung dari rupiah ke ringgit, misalnya. Ini menghemat waktu dan biaya,” ujarnya.

Selain aspek biaya, stabilitas kurs juga menjadi daya tarik utama penggunaan mata uang lokal. Di tengah fluktuasi dolar AS akibat kebijakan suku bunga The Fed, pengusaha merasa lebih aman melakukan transaksi dengan mitra bisnis di kawasan ASEAN menggunakan mata uang masing-masing. Ini menciptakan rasa percaya dan keberlanjutan dalam hubungan dagang regional.

Duta Besar Indonesia Dengan Respons Negara-Negara ASEAN Dan Tantangan Implementasi

Duta Besar Indonesia Dengan Respons Negara-Negara ASEAN Dan Tantangan Implementasi, implementasi penggunaan mata uang lokal di kawasan ASEAN tidak lepas dari tantangan. Beberapa negara masih memerlukan penyesuaian sistem keuangan domestik, terutama dalam hal infrastruktur teknologi, kebijakan moneter, dan kesiapan sektor perbankan. Namun demikian, komitmen politik dari para pemimpin ASEAN di nilai cukup kuat untuk mendorong transformasi ini.

Thailand, Malaysia, dan Singapura termasuk yang paling aktif dalam mendorong kerja sama ini. Bank sentral mereka telah menjalin komunikasi intensif dengan Bank Indonesia untuk memastikan interoperabilitas sistem keuangan masing-masing. Dalam pertemuan tingkat tinggi ASEAN baru-baru ini, kesepakatan untuk mempercepat integrasi sistem pembayaran lintas batas menjadi salah satu agenda utama.

Namun, negara-negara seperti Laos, Kamboja, dan Myanmar masih menghadapi tantangan struktural yang menghambat partisipasi penuh mereka. Tingkat digitalisasi perbankan yang masih rendah serta ketergantungan tinggi pada mata uang asing membuat mereka lebih berhati-hati. Oleh karena itu, ASEAN berencana menyediakan dukungan teknis dan program asistensi guna mempercepat kesiapan mereka.

Hermono sendiri menekankan pentingnya inklusi dan solidaritas dalam proses ini. Menurutnya, semua negara anggota ASEAN harus mendapatkan manfaat yang setara dari kesepakatan ini. Indonesia, sebagai salah satu negara terbesar di kawasan, memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi motor penggerak transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Dalam jangka panjang, kerja sama ini di harapkan tidak hanya memperkuat daya tahan ekonomi ASEAN. Tetapi juga meningkatkan posisi tawar kolektif kawasan di mata dunia. Penguatan sistem keuangan lokal juga di prediksi akan mengurangi dampak krisis global. Terhadap negara-negara ASEAN dan mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan secara merata.

Pengaruh Terhadap Hubungan Ekonomi Bilateral Dan Regional

Pengaruh Terhadap Hubungan Ekonomi Bilateral Dan Regional dalam transaksi bilateral di pandang. Sebagai langkah strategis untuk mempererat hubungan ekonomi antarnegara ASEAN, termasuk antara Indonesia dan Malaysia. Kerja sama ini tidak hanya mencakup sektor perdagangan, tetapi juga mencakup investasi, pariwisata, dan jasa keuangan. Dengan mengurangi ketergantungan pada mata uang asing, kedua negara dapat memperkuat konektivitas ekonomi dan menciptakan ketahanan finansial yang lebih besar.

Di sektor investasi, investor dari Malaysia maupun Indonesia kini memiliki fleksibilitas yang lebih besar. Dalam menanamkan modal mereka tanpa perlu khawatir terhadap risiko fluktuasi nilai tukar dolar AS. Hal ini mendorong peningkatan minat investasi lintas negara, terutama di sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, manufaktur, dan infrastruktur.

Hubungan ekonomi yang lebih erat ini juga memberi peluang bagi lembaga keuangan untuk memperluas layanan mereka. Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia telah menjalin kerja sama dalam hal pertukaran data. Dan perizinan lintas yurisdiksi untuk memudahkan ekspansi bank-bank lokal ke negara tetangga. Dengan infrastruktur yang mendukung, kolaborasi ini dapat membuka akses layanan keuangan kepada lebih banyak orang di kawasan.

Penggunaan mata uang lokal juga di nilai akan memperkuat posisi ASEAN dalam negosiasi ekonomi global. Dengan membentuk sistem keuangan regional yang solid, negara-negara ASEAN dapat mengurangi ketergantungan. Terhadap sistem keuangan barat dan menciptakan model baru kerja sama ekonomi yang lebih seimbang. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara semakin di perhitungkan dalam peta ekonomi dunia.

Duta Besar Hermono menyimpulkan bahwa kerja sama ini merupakan langkah nyata menuju kemandirian ekonomi regional. “Dengan dukungan penuh dari semua pihak, saya yakin ASEAN dapat menjadi contoh sukses bagaimana. Kerja sama kawasan mampu menghadirkan manfaat konkret bagi rakyatnya,” pungkasnya berdasarkan Duta Besar Indonesia.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait